![]() |
Phillip W. Roskamp , Public Afair of US Department |
Hidup dalam suatu negara dan
hidup bermasyarakat apalagi dengan latar belakang individu yang berbeda- beda ,tentunya
gesekan-gesekan yang disesabkan oleh adanya perbedaan dalam masyarakat itu
sendiri sudah menjadi sarapan bagi kita apalagi jika tidak ada rasa saling
menghargai dan menghormati serta tidak adanya keterbukaan terhadap
perbedaan-perbedaan yang ada maka hal ini akan membuat gesekan-gesekan itu
semakin keras.Oleh karena itu tak dapat dipungkiri bahwa toleransi menjadi
salah satu alat yang dapat digunakan untuk mencegah atau meminimalisir
terjadinya gesekan-gesekan tersebut. Namun untuk menkampanyekan toleransi
ditengah-tengah masyarakat tak seperti membalikan telapak tangan. Banyak kendala
dan problem yang muncul berkenaan dengan hal tersebut .Terlepas dari semua itu
mantan Mentri Luar Negri Amerika Serikat, Hillary Clinton meluncurkan sebuah program yang dinamakan dengan Generation Change, pada
tahun 2010 lalu. Program ini didirikan
dengan tujuan untuk memberdayakan dan menghubungkan pemimpin-pemimpin muda yang
inovatif. Philip W .Roskamp , seorang staff kedutaan Amerika melalui wawancara via email memaparkan bahwa melalui
pelatihan Generation Change, anak-anak muda akan belajar bagaimana bertukar
ide-ide dan mempromosikan nilai-nilai toleransi lewat media online. Media
sosial, misalnya, dapat menjadi alat yang sangat kuat untuk membuat perubahan
dalam sebuah masyarakat, baik untuk mempromosikan toleransi, melindungi
lingkungan, atau mendirikan perusahaan yang canggih. Banyak sekali hal-hal yang
bisa dilakukan lewat media online. Staf humas dari Kedutaan Amerika ini juga
menambahkan bahwa melalui Generation
Change, mereka mengharapkan untuk menciptakan sebuah dialog tentang toleransi
pada anak-anak muda Indonesia, meningkatkan kemampuan mereka untuk menggunakan
media online untuk meningkatkan komunitas mereka, dan memfasilitasi para
pemimpin-pemimpin muda untuk membuat lokakaryanya sendiri sebagai kesempatan
untuk melaksanakan dan memimpin sebuah kegiatan. " Hal ini adalah keterampilan
yang susah, sehingga penting untuk dipelajari", jelas Phillip.
Program Generation change ini
tidak hanya diluncurkan di
Indonesia,tapi dibeberapa negara di Asia yaitu Malaysia, Singapura, Pakistan,dan
Philipina. Alasan pemerintah Amerika
memilih Indonesia sebagai sasaran untuk meluncurkan program generation change
ini karena banyaknya pengguna sosial media di Indonesia. Phillip menambahkan,
" program ini sangat efektif di tempat seperti Indonesia dimana tidak ada
krisis yang akut, dan dimana terdapat iklim online yang kuat dan kebebasan
berekspresi". Melihat peluang tersebut, Kedutaan Amerika di Jakarta
pertama kalinya menyelenggarakan lokakarya ini di Jakarta tahun lalu dengan 30
orang peserta dari seluruh Indonesia."Lokakarya ini berjalan lancar,
sehingga kami memutuskan untuk meneruskan program Generation Change di tahun
ini dengan tidak menyelenggarakan lokakarya di Jakarta, tapi melakukannya di
daerah lain" , tutur Phillip. Daerah yang dimaksud disini adalah Yogyakarta,
Pontianak, Lampung, Aceh, Makasar, dan Jayapura. Tidak ada kurikulum khusus
dari Pemerintah Amerika untuk lokakarya ini. Satu-satunya arahan yang mereka anjurkan
adalah bahwa lokakarya yang dilakukan adalah tentang toleransi, dan para
peserta harus memiliki kesempatan untuk belajar tentang cara-cara yang mungkin
dilakukan untuk mempromosikan toleransi. Mahasiswa yang menyelenggarakan
lokakarya ini harus membuat susunan acara, susunan pembicara, dan mereka
membantu untuk memperkenalkan tokoh Indonesia yang berpengalaman di bidang
media online yang bisa membagi ilmunya tentang gerakan-gerakan sosial lewat
online dan bagaimana menggunakan media sosial untuk kepentingan yang baik.
Lokakarya yang
pertama telah berlangsung di Pontianak,Dua minggu lalu ( 23 Febuari 2013) tepatnya
di American Corner Untan, sebelumya lokakarya Generation Change berlangsung di
Yogyakarta dan pada bulan April dan seterusnya akan dilanjutkan ke Makassar,
Lampung, Aceh , dan akan berakhir di
Jayapura.
Menurut Phillip
, dua kota yang telah menyelenggarakan kegiatan ini (Yogyakarta dan Pontianak) telah
sukses dan sangat fantastis dimana para
peserta saling bertukar opini dan wawasan yang menarik tentang
tantangan-tantangan terhadap toleransi yang mereka lihat dan bagaimana mereka
bisa mengatasinya. " Bagian dari lokakarya ini termasuk kesempatan bagi
para peserta untuk bekerja dalam kelompok untuk mengembangkan ide-ide kampanye
online" , jelasnya.
Untuk dipontianak , akan ada Festival Budaya Toleransi yang dan flashmob toleransi yang disebut dengan Tolerantri pada bulan Juni 2013 mendatang.Festival ini merupakan bentuk kampanye toleransi secara ofline yanga akan diadakan di Kalimantan Barat. Mereka mengharapkan agar kampanye toleransi tidak hanya berlangsung pada saat kegiatan ini saja. Namun , akan berlangsung seterusnya dalam kehidupan sehari-hari karena program ini hanyalah alat untuk mencapai tujuan. Yaitu mengkampanyekan toleransi untuk menuju kehidupan yang damai dan tentram.
Untuk dipontianak , akan ada Festival Budaya Toleransi yang dan flashmob toleransi yang disebut dengan Tolerantri pada bulan Juni 2013 mendatang.Festival ini merupakan bentuk kampanye toleransi secara ofline yanga akan diadakan di Kalimantan Barat. Mereka mengharapkan agar kampanye toleransi tidak hanya berlangsung pada saat kegiatan ini saja. Namun , akan berlangsung seterusnya dalam kehidupan sehari-hari karena program ini hanyalah alat untuk mencapai tujuan. Yaitu mengkampanyekan toleransi untuk menuju kehidupan yang damai dan tentram.