Selasa, 07 Mei 2013

LEARNING IELTS TASK 2 eps.1



Under British and Australian laws a jury in a criminal case has no access to information about defendant’s past criminal record.This protects  the person who is being accessed.
Some lawyers have suggested that this practice should be changed and the jury should be given all the past facts before they reach their decision about the case.




Nowadays , due to the legalisation of UK and Australia for their inhibitants, the jury of criminal case cannot  trace the detail criminal track record  that have been performed by their offenders.Therefore, some barrister reckon to change this regulation since it would be an obstacle for them to deal with the case. It is absolutely true , I think, since by getting access to the offenders past criminal record, both jury and barrister would  make right decision in the court.

 By having track record to the offenders, the juries will have massive information which can assist them in making  wise decision. It seems to me that the detail which is obtained from
offender’s crime record elaborates how one crime connect to other crimes.It would be a powerful base for the jury in deciding the punishment. To illusturate,killer then move to other country, commit the same thing, would be punished as long as a person who kill one person instead of senior killer since the proofs and witness are limited.As a result, the jury fail to keep the justice in making decision.

The other reason to get access to offender’s conviction tract record is order to  prevent the precence of cheat in court. What I am trying to say is that it is highy not impossible for the  solicitors to  protect their clients even if  they know the clients commit the guilt the since the proof and witness are limited ,pricesly they are much more easily play with case. I never experienced with this matter, however, I ever watched a film about chain killer.The killer is a rich person and he hire the best lawyer in the city to protect him by providing artificial facts.Then the lawyer succeeded in ensuring the jury to prove their client don’t guilt for the case.

In a not shell, in order to keep the justice ,  offenders’ conviction track record should be well accessed by both jury and lawyer in order to keep the justice.Therefore, they can minimalize the number of people commiting crime.

Menjadi Guru

Mungkin sebagian orang beranggapan berprofesi sebagai seorang guru itulah adalah kesekian pilihan dari beberapa pilihan yang ada.Kadang berprofesi sebagai seorang guru itu hanya dipandang sebelah mata bagi sekelompok orang. Image kampungan , katro , out of dated dan culun itu sudah menjadi sarapan pagi yang dijejal oleh guru itu sendiri.
Apalagi yang namanya guru SD, mereka biasa nya direndahkan , bahkan oleh orang tua murid yang mereka ajar sendiri.Misalnya , ada yang menyuap guru SD dengan mengisikan pulsa , memberi uang saku. Memalukan....
Namun , kita tak hanya bisa memandang guru hanya dari sudut pandang liberalis , tapi kita dapat melihat secara rasionalis .Guru itu pahlawan tanda jasa , ingat kan ? . Belum tentu orang lain bisa menjadi guru , apalagi yang namanya guru SD.Kesabaran mereka itu sudah benar -benar ditempa.Eh jangan salah ada juga guru yang menganiaya murid nya. Itu sih lain lagi ceritanya . Itu dikategorikan dalam penyimpangan.
Nah , bagi kalian yang bercita-cita ingin menjadi seorang guru mungkin pandangan dan isu mengenai Guru SD diatas bisa menjadi acuan.
Guru adalah orang yang bertugas mengajar dan memberikan ilmu yang mereka miliki kepada muridnya. Itu pengertian guru secara umum. Secara khususnya , guru adalah orang yang mengajar didalam kelas. Namun tugas guru didalam kelas tidak hanya mengajar. Mengajar adalah tugas pokok dari seorang guru. Jika ingin menjadi seorang guru kita harus mampu meyakinkan diri bahwa kita adalah fasilitator , motivator, dan educator bagi siswa-siswa yang kita ajar. Karena tugas seorang guru tidak hanya mengajar melainkan guru bertugas memainkan beberapa perannya dididalam dan diluar kelas untuk mendukung keprofesionalismean dari seorang guru itu sendiri.

Selasa, 16 April 2013

PMI ,KEDUTAAN AMERICA DAN AMCOR UNTAN LAKUKAN GERAKAN DONOR DARAH DI PONTIANAK


Jumat ( 12/04/13) American Corner Universitas Tanjungpura menggelar kegiatan  sosial yang dinamai dengan Blood4Nation ( blood for nation) . Even ini merupakan bentuk kerjasama antara Pemerintah Amerika Serikat melalui kedutaanya yang berada di Jakarta ( US Embassy Jakarta )  , Palang Merah Indonesia (PMI) ,Blood for Live , dan beberapa American Corner di seluruh Indonesia. Diantaranya adalah American Corner UMM (Malang) ,Amcor UGM USU ( Medan) , @America Pasific Place (Jakarta ) , Amcor UNHAS ( Makassar ), Amcor ITB ( Yogyakarta) dan Amcor Untan ( Pontianak ).Di Pontianak sendiri Amcor Untan bekerjasama dengan PMI Provinsi Kalimantan Barat dan acara ini diselenggarakan di Gedung Perpustakaan Untan Lantai 2 selama dua hari , yaitu hari Jumat dan Sabtu ,dari pukul 08.00 hingga pukul 16.00.Event ini turut mengundang jajaran staff di Universitas Tanjungpura, , Kepolisian ( 1 kompi ) , mahasiswa-mahasiswa dari berbagai fakultas dan kampus-kampus di luar Universitas Tanjungpura seperti STKIP dan STAIN. Mereka datang  tak hanya sebagai tamu undangan tapi mereka juga  sekaligus sebagai  pendonor.Pembantu rektor universitas Tanjungpura ,Waskita , Ibumembuka opening ceremony ini , menurut beliau acara ini merupakan acara yang sangat mulia karena karena kita membantu menyelamatkan nyawa seseorang dengan darah yang kita berikan. Stella Pransisca S.Pd M.Ed , direktur American Corner Universitas Tanjungpura mengatakan bahwa hari pertama (Jumat ) cukup banyak pendonor yang datang yaitu sebanyak 113 orang namun hanya 36 kantong darah yang berhasil dikumpulkan , hal itu dikarenakan beberapa calon pendonor dinyatakan tidak dapat mendonorkan darahnya oleh petugas dari PMI karena beberapa alasan medis. Dan untuk hari ini ( Sabtu, 14 April 2013) jumlah pendonor yang datang tak sebanyak  hari pertama .Sehingga total kantong darah yang dikumpulkan hingga akhir acara adalah 63 kantong darah ( vina) 

Rabu, 06 Maret 2013

Pemerintah Amerika dukung Mahasiswa Kampanye Toleransi



Phillip W. Roskamp , Public Afair of US Department 
                Hidup dalam suatu negara dan hidup bermasyarakat apalagi dengan latar belakang individu yang berbeda- beda ,tentunya gesekan-gesekan yang disesabkan oleh adanya perbedaan dalam masyarakat itu sendiri sudah menjadi sarapan bagi kita apalagi jika tidak ada rasa saling menghargai dan menghormati serta tidak adanya keterbukaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada maka hal ini akan membuat gesekan-gesekan itu semakin keras.Oleh karena itu tak dapat dipungkiri bahwa toleransi menjadi salah satu alat yang dapat digunakan untuk mencegah atau meminimalisir terjadinya gesekan-gesekan tersebut. Namun untuk menkampanyekan toleransi ditengah-tengah masyarakat tak seperti membalikan telapak tangan. Banyak kendala dan problem yang muncul berkenaan dengan hal tersebut .Terlepas dari semua itu mantan Mentri Luar Negri Amerika Serikat, Hillary Clinton meluncurkan sebuah program  yang dinamakan dengan Generation Change, pada tahun 2010 lalu. Program  ini didirikan dengan tujuan untuk memberdayakan dan menghubungkan pemimpin-pemimpin muda yang inovatif. Philip W .Roskamp , seorang staff kedutaan Amerika  melalui wawancara via email memaparkan bahwa melalui pelatihan Generation Change, anak-anak muda akan belajar bagaimana bertukar ide-ide dan mempromosikan nilai-nilai toleransi lewat media online. Media sosial, misalnya, dapat menjadi alat yang sangat kuat untuk membuat perubahan dalam sebuah masyarakat, baik untuk mempromosikan toleransi, melindungi lingkungan, atau mendirikan perusahaan yang canggih. Banyak sekali hal-hal yang bisa dilakukan lewat media online. Staf humas dari Kedutaan Amerika ini juga menambahkan bahwa melalui  Generation Change, mereka mengharapkan untuk menciptakan sebuah dialog tentang toleransi pada anak-anak muda Indonesia, meningkatkan kemampuan mereka untuk menggunakan media online untuk meningkatkan komunitas mereka, dan memfasilitasi para pemimpin-pemimpin muda untuk membuat lokakaryanya sendiri sebagai kesempatan untuk melaksanakan dan memimpin sebuah kegiatan. " Hal ini adalah keterampilan yang susah, sehingga penting untuk dipelajari", jelas Phillip.
                Program Generation change ini tidak hanya  diluncurkan di Indonesia,tapi dibeberapa negara di Asia yaitu Malaysia, Singapura, Pakistan,dan  Philipina. Alasan pemerintah Amerika memilih Indonesia sebagai sasaran untuk meluncurkan program generation change ini karena banyaknya pengguna sosial media di Indonesia. Phillip menambahkan, " program ini sangat efektif di tempat seperti Indonesia dimana tidak ada krisis yang akut, dan dimana terdapat iklim online yang kuat dan kebebasan berekspresi". Melihat peluang tersebut, Kedutaan Amerika di Jakarta pertama kalinya menyelenggarakan lokakarya ini di Jakarta tahun lalu dengan 30 orang peserta dari seluruh Indonesia."Lokakarya ini berjalan lancar, sehingga kami memutuskan untuk meneruskan program Generation Change di tahun ini dengan tidak menyelenggarakan lokakarya di Jakarta, tapi melakukannya di daerah lain" , tutur Phillip. Daerah yang dimaksud disini adalah Yogyakarta, Pontianak, Lampung, Aceh, Makasar, dan Jayapura. Tidak ada kurikulum khusus dari Pemerintah Amerika untuk lokakarya ini. Satu-satunya arahan yang mereka anjurkan adalah bahwa lokakarya yang dilakukan adalah tentang toleransi, dan para peserta harus memiliki kesempatan untuk belajar tentang cara-cara yang mungkin dilakukan untuk mempromosikan toleransi. Mahasiswa yang menyelenggarakan lokakarya ini harus membuat susunan acara, susunan pembicara, dan mereka membantu untuk memperkenalkan tokoh Indonesia yang berpengalaman di bidang media online yang bisa membagi ilmunya tentang gerakan-gerakan sosial lewat online dan bagaimana menggunakan media sosial untuk kepentingan yang baik.
Lokakarya yang pertama telah berlangsung di Pontianak,Dua minggu lalu ( 23 Febuari 2013) tepatnya di American Corner Untan, sebelumya lokakarya Generation Change berlangsung di Yogyakarta dan pada bulan April dan seterusnya akan dilanjutkan ke Makassar, Lampung, Aceh , dan akan berakhir  di Jayapura.
Menurut Phillip , dua kota yang telah menyelenggarakan kegiatan ini (Yogyakarta dan Pontianak) telah  sukses dan sangat fantastis dimana para peserta saling bertukar opini dan wawasan yang menarik tentang tantangan-tantangan terhadap toleransi yang mereka lihat dan bagaimana mereka bisa mengatasinya. " Bagian dari lokakarya ini termasuk kesempatan bagi para peserta untuk bekerja dalam kelompok untuk mengembangkan ide-ide kampanye online" , jelasnya.
Untuk dipontianak , akan ada Festival Budaya Toleransi yang dan flashmob toleransi yang disebut dengan Tolerantri pada bulan Juni 2013 mendatang.Festival ini merupakan bentuk kampanye toleransi secara ofline yanga akan diadakan di Kalimantan Barat. Mereka mengharapkan agar kampanye toleransi tidak hanya berlangsung pada saat kegiatan ini saja. Namun , akan berlangsung seterusnya dalam kehidupan sehari-hari karena program ini hanyalah alat untuk mencapai tujuan. Yaitu mengkampanyekan toleransi untuk menuju kehidupan yang damai dan tentram.








Jumat, 15 Februari 2013

Membawa-bawa Agama dalam konflik Etnic

"Dayak Non-Muslim Sweeping Umat Islam, Muslimah Dipaksa Buka Jilbab'

Ya begitulah judul berita dari sebuah surat kabar di Pontianak yang kira -kira  berisikan seperti berikut 

Diposting Kamis, 15-03-2012 | 20:29:54 WIB
Konflik antara Umat Islam dengan Suku Dayak mulai Kamis siang tadi (15/03/2012) kembali memanas malam ini. Oknum suku Dayak non muslim melakukan sweeping terhadap umat Islam di kawasan Pasar Tanjung Pura - Gajah Mada, Pontianak. "Malam ini (oknum-oknum_red) dayak kafir sweeping umat Islam di Pasar Tanjung Pura - Gajah Mada Pontianak," tulis Munarman melalui pesan singkat yang diterima MuslimDaily.Net, Kamis malam (15/03/2012).Menurut keterangan Munarman, para muslimah yang secara kebetulan lewat dipaksa membuka jilbab oleh oknum-oknum suku Dayak di Pontianak. 

"Para muslimah dipaksa buka jilbab. Akhirnya umat Islam bersatu melawan mereka sehingga 2 orang mengalami luka-luka dan satu tumbang dari para pengacau," kata Munarman. 
Sebagai respon umat Islam Pontianak, umat Islam kemudian bergantian melakukan sweeping terhadap oknum-oknum suku Dayak dan kelompok pengacau. 
"Kini Umat Islam sweeping para kafir pengacau. Doakan!" kata Munarman.
"Saat ini bukan hanya FPI saja yang turun melawan kafir, tapi umat Islam di Pontianak secara keseluruhan ikut serta," sambung Munarman masih melalui pesan singkat.
Seorang warga di daerah Wonodadi-Pontianak, kepada MuslimDaily.Net. Kamis malam (15/03/2012) membenarkan adanya kericuhan yang melibatkan oknum warga Dayak dengan umat Islam Pontianak. 
"Iya benar, memang ada ricuh tadi di daerah Pasar Tanjung Pura. Sudah biasa terjadi kok mas. Cuman malam ini memang sepertinya lebih besar dari biasanya. Dan sekarang jalan-jalan ditutup. Selebihnya saya tidak tahu karena saya tidak bisa keluar," kata salah seorang warga via telepon kepada MuslimDaily.Net. (muslimdaily)
Nah , dari informasi diatas dapat kita simpulkan bahwa adanya unsur keagamaan dalam konflik etnik di kalimanatan Barat dan hal itu dilakukan oleh generasi muda ( mahasiswa ).Seperti inikah pemuda masa depan Kalimantan Barat?
Apa yang seharusnya mereka lakukan sebagai pemimpin dimasa yang akan datang?

Sambas - Madura Belum Berdamai

Siapa yang tak pernah medengar akan adanya sebuah konflik besar di kalimantan barat tepatnya berada di daerah Sambas. Sambas merupakan daerah yang ada di Kalimantan Barat dimana rumpun melayu sebagai suku mayoritasnya . Konflik dipicu adanya suku Melayu dan Madura yang bertikai dengan menelan banyak korban jiwa , bangungan dihancurkan dan dihanguskan serta masih banyak lagi pelanggaran pelanggaran hak asasi manusia . Belum lagi korban pengungsi akibat konflik tersebut
Pertanyaanya , sudahkan mereka berdamai sekarang?Belum , antar kedua suku masih menyimpan dendam. Faktanya ,Suku Melayu di Sambas tidak merima suku Madura menginjakan kaki di bumi pertiwi mereka. Jika hal itu terjadi maka mereka tidak segan -segan memancung suku madura.
 Foto Perdamaian Melayu-Madura
Pertanyaan besarnya , Sebagai generasi Muda Kalimantan Barat , apakah kita hanya tinggal diam membiarkan semua hal ini terjadi ?
Tidak , kita harus ikut andil dalam permasalahan ini.Lalu bagaimana cara kita mengatasi permasalahan ini?

KONFLIK ETNIK DI KALIMANTAN BARAT

Peristiwa ketegangan antar warga di kawasan Tanjungpura Pontianak yang hampir saja membuahkan amuk massa atau kekerasan komunal pada hari di akhir tahun 2012 tentu saja sangat kita sayangkan. Meskipun sudah dilakukan pertemuan perdamaian antar tokoh keduabelah etnis, hampir saja kekerasan komunal terjadi lagi. Untunglah kepolisian bisa bertindak sigap dan tegas sehingga gosip dan sentimen tidak menyebar. Namun sampai kapan polisi sanggup memainkan perannya sebagai pemadam kebakaran konflik yang ada di Kalimantan Barat jika isu-isu utama yang menjadi akar konflik tersembunyi tetap tidak terselesaikan ?
Tak pelak lagi kasus perselisihan warga yang hampir menyeret konflik etnis tersebut telah mengusik ingatan kita tentang kasus konflik etnis antara tahun 1997-1999. Semua konflik yang melibatkan komunal selalu dimulai oleh permasalahan-permasalahan yang terkesan sepele, yang kadang tidak ada hubungannya dengan masalah etnis sekalipun. Namun dengan cepat ia membakar sentimen keetnisan warganya dengan cepat, hingga menjadi tidak terkendali.
 
Kasus Konflik Yang Terulang
Menilik kasus-kasus konflik etnis di Kalimantan Barat, ini bukanlah kasus perselisihan warga berbuah kekerasan komunal etnis yang pertama. Jika melihat kebelakang kasus-kasus konflik etnis di Kalbar, kita akan melihat pola kasus etnis yang serupa dan berulang. Meskipun dengan variasi keterlibatan etnis yang berbeda. Tercatat misalnya pada masa Hindia Belanda ada beberapa kasus konflik yang melibatkan etnis Tionghoa, Dayak, dan Melayu. Kemudian pada masa setelah kemerdekaan pada tahun 1950’an yang melibatkan etnis Tionghoa dan Melayu. Dan puncaknya memang kasus konflik etnis tahun 1997- 1999 yang melibatkan etnis Madura, Melayu, dan Dayak. Konflik etnis yang menelan jiwa hingga ribuan nyawa melayang dan jutaan orang kehilangan tempat tinggal dan hartanya. Sedikit banyak fakta ini menunjukkan bahwa Kalbar memang rawan terhadap potensi-potensi konflik yang bersifat keetnisan.
Isu konflik etnis sendiri dalam banyak kasus hanyalah bungkusan dari isu-isu marginalitas dari rasa ketidakadilan dan ketidaksejajaran, baik dalam domain politik, ekonomi, maupun sosial budaya. Banyak sudah penelitian yang membahas hal itu di Kalbar. Saya tidak berpretensi untuk mengulasnya lebih jauh. Namun apabila permasalahan-permasalahan tersebut tidak diagendakan untuk diselesaikan oleh pemerintah daerah di Kalbar, maka dapat dipastikan konflik etnis yang ada di Kalbar suatu saat akan muncul kembali dalam wujud ketidakpuasan yang berbeda. Etnis dalam hal ini menjadi sentimen yang sangat mudah dipicu untuk memwujudkan afiliasi-afiliasi politik seseorang.

Penyelesaian Konflik Yang Tidak Pernah Selesai

Seperti layaknya kasus-kasus konflik yang melibatkan kekerasan komunal lainnya, konflik etnis di Kalbar juga membawa dampak luar biasa pada masyarakatnya. Dampak tersebut telah banyak membawa perubahan yang sungguh luar biasa dalam masyarakat Kalimantan Barat. Sendi-sendi kehidupan masyarakat Kalimantan Barat secara nyata tercapik-capik. Masyarakat Kalimantan Barat yang tadinya dikenal harmonis dan tolerant berubah menjadi masyarakat yang penuh kecurigaan kepada masing etnis.
Sayangnya pemerintah nampaknya tidak mempunyai cukup perhatian untuk bagaimana menata perdamaian agar dapat berkesinambungan. Kalaupun ada biasanya hanya sampai sekedar slogan, atau tertinggal dalam kebijakan yang tidak tahu kapan bagaimana mengimplementasikannya. Seperti penyelesaian kasus-kasus konflik lainnya di Indonesia, pemerintah selalu menganggap bahwa permasalahan konflik akan selesai ketika kesepakatan damai telah tercapai dimeja perundingan oleh para eli-elit kelompok dan penyelesaian untuk permaslahan pengungsi telah diatasi. Simak saja beberapa kasus penyelesaian konflik yang ada di Indonesia. Misalnya kasus Poso dan Maluku. Jalannya perdamaiannya tampak terhenti ditangan pemerintah ketika kesepakatan damai antar relit telah ditandatangani dan penyelesaian pengungsi, dengan pembangunan pemukiman dan pembagian jatah hidup, telah terselesaikan. Persoalan-persoalan bagaimana menjaga perdamaian agar berkesinambungan ini yang menurut hemat saya lebih banyak dimaintain oleh kalangan CSO (Civil Society Organization), berikut kalangan agamawan, dengan ide-ide pluralism dan multiculturalism, serta pendidikan perdamaiannya.
Dalam konteks Kalbar, pemerintah menganggap konflik telah selesai ketika para pengungsi akibat konflik telah dipindah lokasi pemukiman baru Tebang Kacang. Mereka tidak melihat bahwa perasaan-perasaan curiga, stereotype, dan prasangka antara etnis masih berkembang ditingkat masyarakat Kalbar. Masih adanya penolakan oleh kelompok etnis tertentu kepada kelompok etnis yang lain di Kalbar untuk kembali ke asalnya hingga kini masih terjadi. Permasalahan-permasalahan kejelasan hak para pengungsi dan korban konflik etnis, terutama bagi etnis yang kalah, hingga kini masih buram. Pemerintah daerah tidak mau secara terbuka membicarakan kasus-kasus tersebut secara terbuka. Dilain sisi muncul dugaan bahwa pemerintah daerah mencoba untuk membatasi ruang dialog antar etnis pada isu-isu tertentu karena alasan sensitivitas isu yang ditakutkan akan menganggu stabilitas keamanan.
Salah satu dampak yang timbul ditingkat publik adalah adanya penolakan-penolakan dan keengganan sebagian masyarakat di Kalbar untuk membicarakan isu-isu etnis secara terbuka untuk mencari penyelesaiannya. Atau misalnya penolakan masyarakat Melayu diSambas yang hingga kini menolak kembalinya masyarakat Madura di wilayah Sambas. Oleh pemerintah sendiri kasus konflik antar sukubangsa ini dinyatakan telah selesai dengan dipindahkannya para pengungsi ke tempat pemukiman baru (Tebang Kacang). Namun permasalahannya tidak sesederhana itu. Banyak persoalan dilapangan yang belum terselesaikan hingga saat ini. Seperti misalnya bagaimana hak-hak milik para pengungsi di daerah asal (Sambas) yang telah ditinggalkan dan pemulihan kehidupan mereka dilokasi pengungsian yang menurut mereka lebih menyerupai lokasi pengucilan dari kelompok masyarakat lainnya.
Ketakutan akan mengganggu stabilitas keamanan yang juga akhirnya membentuk pola pikir sebagian elit etnis dan pemerintah daerah setempat dalam menyelesaikan konflik etnis yang akan timbul. Elit etnis segera didatangkan untuk menenangkan massanya segera ketika ada kasus-kasus yang kadang tidak berkaitan dengan etnis sekalipun. Namun berapa cepat dan sanggupkah para elit tersebut mengontrol massanya ketika mulai menunjukkan keberangusan ? sangat susah untuk diukur memang keberhasilannya.

Kamis, 07 Februari 2013

This About Generation Change and Viral Peace

 GENERATION CHANGE
Generation Change is a youth-led global network dedicated to empowering the next generation of innovators and leaders. It provides a platform for the free exchange of ideas across borders and cultures, and a community of peers and mentors who use their collective resources to positively impact communities locally and globally. Generation Change hopes to build a strong network of young leaders who are positively influencing their communities now and will continue doing so in the years to come. This network can provide a forum for exchanging ideas and creating projects that can have impact on a global scale, both through offline events and online connections. United States Secretary of State Hillary Clinton has declared members of Generation Change in the United States “unofficial ambassadors on behalf of our country.”
VIRAL PEACE
The program, called Viral Peace, seeks to occupy the virtual space that extremists fill, one thread or Twitter exchange at a time. Shahed Amanullah, a senior technology adviser to the State Department and Viral Peace’s creator, tells Danger Room he wants to use “logic, humor, satire, [and] religious arguments, not just to confront [extremists], but to undermine and demoralize them.” Think of it as strategic trolling, in pursuit of geopolitical pwnage.